A. PENGERTIAN SUJUD SAHWI
As-Sahwu menurut bahasa artinya: melupakan dan melalaikan sesuatu.
Sedang di sisni yang dimaksud ialah, kekurangan yang dilakukan oleh
seseorang dalam shalatnya, baik disengaja ataupun karena lupa. Sedang
sujud –yang letaknya pada akhir shalat- merupakan penambal dari
kekurangan tersebut.
B. HUKUM SUJUD SAHWI
Sujud sahwi hukumnya sunnah, ketika terjadi salah satu di antara
sebab-sebabnya, yang akan kita bahas nanti. Jika sujud ini tidak
dilakukan, maka shalat tetap tidak batal. Sujud ini memang tidak wajib,
karena tidak disyari’atkan bagi tertinggalnya sesuatu yang wajib,
sebagaimana akan kita lihat nanti.
Adapun dalil disyari’atkannya sujud sahwi ini ialah sebuah hadits riwayat al-Bukhari (1169), dari Abu Hurairah RA, dia berkata:
صَلَّى بِنَاا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَاَوِالْعَصْرِ، فَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ
ذُوْالْيَدَيْنِ: الصَّلاَةُ يَارَسُوْلُاللهِ، اَنَقَصَتْ، فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَحَقُّ مَايَقُوْلُ؟ قَلُوا
نَعَم، فَصَلَّى رَكَعَتَيْنِِ اُخْرَيَتَيْنِ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ
Nabi SAW melakukan shalat Zhuhur dan ‘Ashar bersama kami, lalu salam.
Maka berkatalah Dzul Yadain kepada beliau: “Shalat ini, ya Rasulullah,
apakah berkurang? Nabi SAW bertanya: “Benarkan apa yang dia katakan?”
Para sahabat menjawab: “Ya”. Maka beliau melanjutkan shalat dua rakaat
lagi, kemudian bersujud dua kali.
Ikutilah dalil-dalil lainnya berikut ini:
C. SEBAB-SEBAB SUJUD SAHWI
1. Tidak melakukan salah satu di antara sunnah-sunnah Ab’adh, yang
pernah kita terangkan di atas, seperti tasyahud awal dan Qunut.
Al-Bukhari (1166) dan Muslim (570) telah meriwayatkan dari Abdullah bin
Buhainah RA, bahwa dia berkata:
صَلَّى لَنَا رَسُوْلُاللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكَعَتَيْنِِ مِنْ بَعْضِ الصَّلاَةِ وَفِى
رِوَيَةٍ: قَامَ مِنِ اثْنَتَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، ثُمَّ قَامَ فَلَمْ
يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ، فَلَمَّ قَضَى صَلاَتُهُ وَنَظَرْنَا
تَسْلِيمَهُ، كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيْمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ
جَالِسٌ، ثًمَّ سَلَّمَ
Rasulullah SAWshalat bersama kami dua rakaat dari suatu shalat –dan
menurut suatu riwayat lain: beliau bangkit setelah dua rakaat dari
shalat Zhuhur- kemudian bangkit tanpa duduk (terlebih dahulu). Maka,
orang-orang pun ikut bangkit bersama beliau. Tatkala beliau
menyelesaikan shalatnya, sedang kami menunggu salamnya, maka beliau
bertakbir sebelum salam, lalu bersujud dua kali selagi duduk, sesudah
itu salam.
Sedang Ibnu Majah (1208), Abu Daud (1036) dan lainnya meriwayatkan dari
al-Mughirah bin Syu’bah, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَاقَامَ اَحَدُكُمْ مِنَ
الرَّكَعَتَيْنِِ، فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِِمًا فَلْيَجْلِسْ،
وَاِذََََاسْتَتَمَّ قَائِِمًا فَلاَ يَجْلِسْ، وَيَسْجُدُ سَجْدَتِيَ
السَّهْو
Apabila seorang dari kamu sekalian (terlanjur) bangkit sesudah dua
rakaat, tetapi belum sempurna berdirinya, maka duduklah. Dan apabila
telah sempurna berdirinya, maka jangan duduk, dan bersujud sahwilah dua
kali sujudan.
2. Ragu-ragu tentang bilangan rakaat yang telah dilakukan.
Dalam keadaan seperti ini, pastikanlah bilangan yang lebih sedikit, lalu
sempurnakan kekurangannya, kemudian bersujud-sahwilah nanti sebagai
penambal keraguan ini. Karena, barangkali shalat itu lebih dari yang
semestinya.
Jadi, kalau seseorang ragu, apakah dia telah menempuh tiga atau empat
rakaat dari shalat Zhuhur, sedang ia masih berada di tengah shalatnya,
maka pastikanlah ia bari menyelesaikan tida rakaat. Lalu tambahlah satu
rakaat lagi, kemudian bersujud-sahwilah sebagai penambal keraguan.
Karena, barangkali ia telah melakukan lima rakaat dalam shalatnya.
Muslim (571) telah meriwayatkan dari Abu Sa’id RA, dia berkata: Sabda Rasulullah SAW:
اِذَاشَكَّ اَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ،
فَلَمْ يَدْرِكَمْ صَلَّى، ثَلاََثًا اَمْ اَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ اشَكَّ
وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ اَنْ
يُسَلِّمَ، فَاِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتُهُ، وَاِنْ
كَانَ صَلَّى اِتْمَامًا ِلاَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ
Apabila seorang dari kamu sekalian ragu-ragu dalam shalatnya, yakni
tidak tahu pasti sudah berapa rakaatkah ia shalat, tiga atau empat, maka
hendaklah ia membuang keraguan itu, dan peganglah apa yang dia yakini,
kemudian bersujudlah dua kali sebelum salam. Jika ternyata dia shalat
sudah lima rakaat, maka rakaat-rakaat itu menggenapkan baginya pahala
shalatnya. Dan jika ternyata dia shalat persis empat rakaat, maka dua
sujud itu merupakan penghinaan terhadap syetan.
Adapun kalau keraguan itu terjadi selepas shalat, maka keraguan ini
tidak mempengaruhi keesahan maupun kesempurnaan shalat, kecuali bila
keraguan ini mengenai niat dan takbiratul ihram. Dalam hal ini, shalat
mesti diulang kembali.
Adapun kelalaian ma’mum di kala ia mengikuti imam –umpamanya, melalaikan
tasyahud awal- adalah menjadi tanggungan imam. Ma’mum tidak perlu sujud
sahwi sesudah imam mengucapkan salam. Dalilnya ialah sabda Nabi SAW:
اْلاِمَامُ ضَامِنٌ (رواه ابن حبان وصححه 362
Imam itu penjamin. (Hadits diriwayatkan dan disahkan oleh Ibnu Hibban: 362).
3. Melakukan perbuatan terlarang karena lupa, manakala perbuatan itu
bisa membatalkan shalat, sekiranya disengaja.
Contohnya, bila seseorang berbicara sedikit atau menambah rakaat, karena
lupa, kemudian dia menyadari hal itu selagi dalam shalatnya, maka
hendaklah ia bersujud sahwi.
4. Memindahkan sesuatu pekerjaan shalat, baik yang berupa rukun, sunnah
Ab’adh maupun Surat, ke tempat yang tidak semestinya.
Contohnya, membaca al-Fatihah ketika duduk tasyahud, atau membaca Qunut
ketika ruku’, atau membaca Surat yang disunnatkan membacanya sesudah
al-Fatihah, tapi dibaca ketika i’tidal. Atas semua itu disunnatkan
bersujud sahwi pada akhir shalat.
D. CARA DAN LETAK SUJUD SAHWI
Seperti halnya sujud-sujud lainnya dalam shalat, sujud sahwi pun dua
kali, yang diniati sebagai sujud sahwi (sujud menambal kelalaian).
bacaan sujud sahwi :
سبحان من لا ينام ولا يسهو
"Subhana man laa yanaamu walaa yashu"
Artinya : Maha suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar